Hari Selasa pukul 08.00 kupacu sepeda motorku dengan kecepatan 60 km/jam. Tidak secepat biasanya, karena penglihatannku buram tertutup air mata. Tak bisa kuhentikan tangisku di pagi itu. Karena suatu hal, aku menangis lagi.
Setahun lebih aku meninggalkan mu, Peter. Maaf, Peter.
Aku tahu, seharusnya aku tak putus asa, seharusnya aku tak meninggalkanmu, seharusnya aku tetap bersamamu, setia menunggumu, dan pada saatnya tiba kau akan mengajakku terbang ke Neverland. Seharusnya itu sudah terjadi, iyakan, Pete?
Saat ini, aku hanya bisa menangis, menyesali keputusanku melepasmu, Pete :'(
Peter, setiap malam ku tatap langit berawan hitam. Gelap. Segelap, hatiku. Mataku membelalak menyusuri awan gelap yang menutupi cahaya dimana pertama kali aku melihatmu, bintang Utara yang paling terang itu. Kusimpan semua mimpiku disana. Kuyakinkan hatiku, suatu hari nanti kau akan membawaku kesana, ke bintang Uara yang terang itu, agar aku dapat mewujudkan mimpiku.
Peter, aku akan menunggumu kembali. Setiap hari, menunggumu, di tempat biasa.
Aku tak akan menyerah kali ini. Aku janji, Pete.