Halo, pernah mengalami
pengalaman yang buruk? Semua mahluk hidup pasti pernah mengalami pengalaman,
baik itu yang buruk maupun yang baik. Dan pada akhirnya semua mahluk hidup akan
mengalami pengalaman yang paling buruk, yaitu kematian.
Aku
suka banget sama balapan. Sejak aku tahu dunia balapan dan sejak aku bisa
nyetir motor. Bagiku, membawa kendaraan dengan pelan adalah hal yang
membosankan. Kecepatan minimumku bisaanya 60 km/jam, kecepatan normal 80
km/jam, dan kecepatan maksimum 100 km/jam. Kecepatan yang wajar bagi cewek
penakut kayak aku J
Aku
sering denger, perkataan orang tua, mereka bilang kalo “orang yang belum pernah
mengalami kecelakaan nggak akan jago nyetir”. Entah dari mana mitos itu
berasal. Tapi, pastinya kecelakaan adalah hal yang nggak menyenangkan. Aku
pernah mengalami kecelakaan motor setahun yang lalu, dan hal itu masih menjadi
mimpi buruk bagiku L
Peristiwa
itu terjadi beberapa hari setelah ulangan umum smester satu. Ketika itu, aku
sudah kelas tiga SMA. Biasanya setelah ulangan umum smester, sekolah mengadakan
class meeting yang diisi odengan pertandingan olah raga dan permainan
tradisional antar kelas selama satu minggu penuh. Aku sendiri ikut lomba maen
congklak, dan langsung kalah pada babak penyisihan. Maen congklak aja kalah -_-
#galau.
Sebenarnya,
selama class meeting berlangsung tidak ada absensi, jadi siswa boleh bolos.
Suatu hari, ayahku menyarankan aku untuk nggak pergi ke sekolah. Tapi, aku
memaksa pergi ke sekolah karena aku mau bantuin guru sejarah yang notabene guru
terfavorit di sekolahku, untuk memeriksa jawaban ulangan umum para siswa.
Maklum, murid teladan *diguyur Pembina osis berkumis baplang*.
Di
tengah perjalanan, ada seorang anak kelas satu SMP yang mengendarai motor
Suzuki Skywave, yang bodinya besar dan berat itu. Dari kejauhan aku udah tau
kalo bocah itu mau balik arah, karena dia memarkirkan motornya di tepi jalan
sambil menengok ke belakang. Karena aku tahu aturan dan tata karma dalam
berkendara, aku membunyikan klakson pada bocah itu sebagai tanda aku hendak
lewat. Tapi, ketika aku menggas motor Yamaha Mio-ku bocah ingusan itu ada di
tengah jalan. Dia kesulitan memarkirkan motornya yang lebih besar dari badannya
itu, dan berada tepat di tenga jalan. Aku nggak tahu kenapa bocah itu nyebrang.
Padahal aku kan udah bunyiin klakson. Seharusnya dia diam dulu di pinggir
jalan, nunggu aku lewat. Karena aku menarik gas dalam-dalam, akhirnya ‘BRUKKKK’
bagian depan motorku menabrak tepat di bagian tengah sisi kanan motor bocah
itu. Aku terpental tak jauh dari motorku, aku mendarat di aspal yang kasar.
Tanganku menahan tubuhku agar tak membentur aspal, sehingga tangan kananku
lecet. Aku mendengar suara helmku membentur aspal. Aku mendarat dengan posisi
sujud. Seketika itu juga aku merasakan ada darah yang mengalir di wajahku.
Seorang bapak-bapak langsung membawaku ke sebuah klinik yang berada tepat di
depan TKP. Tubuhku terasa lemas, kepalaku pusing dan aku sangat ketakutan. Aku
tak tahu keadaan motorku tersayang, aku sangat mengkhawatirkannya, karena aku
sangat sayang pada motor itu L
Setelah
dibaringkan diatas sebuah kasur khusus pasien, aku langsung diimpus oleh
seorang bidan yang menjaga klinik tersebut. Bapak-bapak yang menolongku pun
menanyakan alamat rumahku, tapi aku terlalu lemas karena merasa terguncang atas
kejadian itu, sehingga aku nggak bisa banyak bicara. Tapi, kenapa aku nggak
pingsan? Aku ingin pingsan!! Untungnya, ada seorang siswi SMA yang merupakan
teman sekolahku waktu SD. Akhirnya dia dan bapak-bapak itu pergi memberitahu
orang tuaku. Kebetulan TKP terletak di depan klinik dan SMA negri tempat teman
SDku bersekolah. Sangat kebetulan, ironi diatas ironi!
Dalam
keadaan terjaga, aku merasakan darah mengalir dari hidung dan mulutku, aku juga
merasa sangat mual. Sungguh menyiksa, apa lagi pikiranku dipusingkan oleh orang
tuaku. Aku jadi pepes kalo mereka tahu! Apa lagi mamah! Tak lama kemudian
mamahku datang dengan seorang tukang ojek. Mamah langsung mengahmpiriku sambil
mengusap keningku tanpa bicara sepatah kata pun. Mungkin beliau shok L
Bagaimana
keadaan bocah itu? Ah, aku hampir lupa! Mana bocah sialan itu!!! Ternyata,
bocah ingusan itu sudah pulang ke rumahnya dengan motornya! Sial!!Ibu bidan
yang merawatku tak henti-hentinya, mengumpat pada bocah itu. Padahal bocahnya
nggak ada -_-. Orang tua bocah itu pun
datang, dia marah-marah dan langsung beradu mulut dengan ibu bidan, membuat
kepalaku semakin pusing!
“Mana
anak bapak! Tidak bertanggung jawab sama sekali!” Teriak ibu bidan sambil tolak
pinggang, untung bukan tolak cinta. Bisa-bisa bapak itu patah hati, langsung
galau deh -_-
“Tanggung
jawab apanya! Jelas-jelas anak itu yang menabrak anak saya!” Teriak Bapak itu
tak mau kalah.
“Telinga
nak saya berdarah! Dia terluka parah, anak saya dirawat di klinik sekarang!!”
Teriak bapak itu lagi.
“Dirawat?!!
Wong, dia bisa pulang naek motor sendirian kok lukanya parah! Ngarang!” Teriak
ibu bidan, sewot.
Itulah
percakapan, ehm, teriakan antara Bapak sang bocah dan Ibu bidan yang kuingat.
Kira-kira seperti itulah. Ibuku hanya diam saja, mungkin dia masih shok. Untuk
memastikan kebenarannya, tukang ojek diutus untuk melihat keadaan si bocah.
Kemudian, ayahku datang. Dia langsung Tanya sana-sini tentang apa yang terjadi.
Dan tentu saja, ibu bidan lah yang paling semangat menjawab pertanyaan ayahku
dengan semangat seorang bidan 45!
Sang
tukang ojek kembali ke klinik. Ternyata si bocah hanya mengalami pendarahan
pada telinganya. Dia dibawa ke klinik cuman untuk di peirksa kok, bukan
dirawat. Halah si bapak ini!!
Darah
berhenti mengalir dari hidung dan mulutku. Tapi, aku merasa mual dan…
Hooeeekkss!!! Aku muntah darah. Semua orang dalam ruangan itu panik.
“Astagfirullah,
bawa ke rumah sakit aja, pak! Sepertinya, darah ini akibat dadanya membentur
aspal. Bukannya nakut-nakutin, tapi pernah ada kejadian seperti ini pak. Karena
nggak dirawat di rumah sakit, dia meninggal” Kata ibu bidan.
Kemudian
ayah dan ibuku langsung pergi mencari pamanku yang bekerja sebagai seorang
mantri di puskesmas. Beberapa siswi SMA mengelilingiku, diantara mereka ada
tiga orang yang merupakan temanku waktu SD dan SMP. Teman SMA-ku juga datang.
Darah hitam kental aku muntahkan dari dalam perutku. Rasanya sangat tidak
enak!! Tubuhku sekain terasa lemas, tapi kenapa aku tidak pingsan!!! Aku ingin
pingsan saja!!
Ayahku
dan ibuku datang bersama pamanku, aku langsung dibawa ke rumah sakit dengan
mobil Xenia milik pamanku. Di dalam mobil aku masih muntah darah, dadaku
menjadi sesak. Ditambah dengan mobil yang goyang-goyang akibat jalan yang
berlubang di sana-sini.
|
gambar rontgen 1.A |
|
gambar rontgen 1.B |
Sesampainya
di UGD rumah sakit X, dokter langsung mendiagnosa ada yang luka di kepalaku.
Padahal aku udah pake helm! Aku langsung dibawa ke ruang radiologi untuk
di-rontgen. Tapi, hasil ront-gen nggak menunjukkan hasil yang baik. Akhirnya aku
langsung di rujuk ke rumah sakit Y untuk di CT-Scan, karena alat CT-Scan milik
rumah sakit X sedang rusak. Aku langsung dibawa ke rumah sakit Y dengan
ambulance.
Setelah
menunggu seorang pasien yang sedang di CT-Scan juga, akhirnya tiba giliranku di
CT-Scan. Akhirnya!! Perasaanku campur aduk. Ada rasa takut kepalaku rusak dan
rasa penasaran di CT-Scan. Maklum, baru pertama kali ini aku dirawat di rumah
sakit #bangga.
|
gambar ct-scan 1 |
|
gambar ct-scan 2 |
Dalam
keadaan sangat lemas, sebagian tubuhku masuk ke mesin yang berwarna putih itu.
Cahaya terang dari mesin itu menyilaukan mataku. Ah, kepalaku sedang diphoto
rupanya. Setelah selesai, aku langsung dibawa ke rumah sakit X untuk diopname.
Aku dirawat di lantai 2 ruang 207 bersama beberapa pasien lainnya. Selama
dirawat aku ditangani oleh dokter sarap, eh, dokter spesialis syaraf maksudnya.
Tapi, kurasa nggak ada yang salah dengan kepala atau syarafku. Buktinya aku
nggak pingsan! Bahkan nggak pernah pingsan sampai sekarang!!
Aku
dirawat selama beberapa hari. Selama diopname, aku merasa tubuhku sehat wal
afiat. Hanya lidahku yang tergigit dan telapak tangan kananku yang tersa sakit.
Selain itu, baik-baik saja. Bahkan pada suatu malam aku nggak bisa tidur alias
insomnia, kebiasaanku. Aku merupakan pasien yang paling aktif, nggak pernah
bisa diem, keluar ruangan, rajin nontn tv, bahkan aku sempat foto-foto dengan
muka lebam, hehe. Lumayan, kapan lagi bisa foto dengan pipi Chubby alias
bengkak :p
Setelah
dipastikan sehat. Aku langsung dipulangkan. Senang rasanya bisa pulang. Nggak
disuntik lagi deh, hore!! :D
Sudah
dua hari aku di rumah. Si bocah itu nggak ngejenguk aku, nggak tahu diri banget
yah. Pada sore harinya, hidungku mengeluarkan darah. Awalnya hanya sedikit,
tapi semakin lama semakin banyak. Bahkan aku menghabiskan dua lusin tisu.
Karena darah yang keluar semakin banyak, aku dibawa lagi ke rumah sakit X.
Dalam perjalanan yang cukup jauh, darahku terus menerus menetes memenuhi ember
yang diletakan di pangkuanku. Mobil yang sering goyang-goyang membuatku mual.
Aku muntah mengeluarkan semua makananku pada hari itu dan darah!! Ya, ada darah
hitam kental keluar bersama makananku itu!!
Sesampainya
di UGD rumah sakit X, aku langsung merasa lemas karena mengeluarkan banyak
darah. Apa lagi ditambah udara dingin ala ruangan UGD rumah sakit. Aku masih
muntah-muntah. Tapi, yang keluar hanya darah. Mungkin makanan di perutku sudah
habis terkuras.
Seorang
dokter mengatakan bahwa ada yang salah dengan hidungku, darah yang aku
muntahkan juga merupakan darah hidung yang turun ke perut. Darah bercampur
dengan asam lambung, menimbulkan rasa mual, sehingga aku muntah-muntah.
Kemudian, dokter menyuntikku agar aku memuntahkan semua darah yang ada di
perutku. Selama perjalanan ke ruang opname, aku memuntahkan banyak darah.
Dengan mata yang merem-melek, aku melihat semua orang yang ada di rumah sakit
melihatiku. Aduh malu, aku belum mandi >,< *digampar pake suntikan*.
|
gambar rontgen B.1 |
|
Aku
diopname pada ruangan yang sama. Esok harinya, aku langsung dibawa ke rauang radologi
untuk di-rontgen ulang. Kali ini, hidungku dan batok kepalaku yang dirontgen.
Selesai di-rontgen, aku langsung dibawa ke ruangan dokter spesialis THT. Disana
hidungku direkam. Ternyata, tulang hidungku bengkok dan tulang diantara kedua
mataku retak karena benturan hidungku dengan helm. Bolong hidung bagian kiriku
lebih lebar dari pada yang kanan akibat tukang hidung yang bengkok. Sedangkan
retak patda tulang diantara mata menyebabkan pembuluh darahku pecah dan
mengalami pendarahan. Itu menurut dokter THT.
|
gambar rontgen B.2 |
Dokter
menyarankan untuk dioperasi agar hidungku sembuh total. OMG! Operasi? Oh No!!!
Ayahku kaget, beliau tak mau aku dioperasi. Aku pun sama, nggak mau!!!
Akhirnya, dokter melakukan tindakan alternatif. Hidungku di sumpel dan dikasih
obat untuk mencegah pendarahan. Hal ini sangat menyiksa, membuatku sulit
bernafas.
Pada
kunjunganku ke rumah sakit yang kedua ini, aku diopname selama lima hari. Pada
hari ke-empat, tiba-tiba aku teringat kecelakaan itu, lalu menangis. Ternyata
rasa kagetku baru datang.
Kecelakaan
itu telah dilaporkan pada pihak yang berwajib. Motorku dan motor bocah itu
disita. Aku mendapatkan santunan dari Jasa Raharja, sekolah, dan keluarga. Yah,
lumayan buat bayar biaya rumah sakit. Bahkan pihak rumah sakit memberikan
diskon. Apa mungkin karena kau datang dua kali ya -.-
Setelah
pulang dari rumah sakit aku benar-benar menjaga hidungku agar tak tersenggol.
Fungsi penciumanku juga rusak dan hidungku menjadi sensitive pada debu, asap
dan dingin. Benda yang berbau menyengat seperti parfum, ikan dan lain-lain.
Jika terkena dingin hidungku langsung berair. Tentu saja membuatku terganggu
dan kesal.
Motor
mio kesayanganku nggak apa-apa. Walaupun bodinya diganti karena banyak lecet,
tapi performa mesin Yamahanya masih kayak baru, cing!
Sampai
saat ini, aku belum tau seperti apa wajah bocah sialan itu. Bukannya ngejenguk
malah ngacir, nggak tanggung jawab banget sih! Hidungku pun masih rusak.
Penciumanku membaik, tapi benda yang mempunai bau menyengat sering membuatku
mual dan pusing. Hidungku pasti berlendir, ketika aku keseringan minum air
dingin. Sampai saat ini aku masih benci sama bocah SMP itu! Sial! Aku jadi
semakin benci sama yang namanya anak kecil!
Secara
teknis, aku yang nabrak bocah itu. Tapi, secara kronologis, bocah itulah yang
salah! Udah dikasih tanda masih aja ngotot balik arah. Udah nggak tau aturan
lalu lintas, badannya nggak bisa bawa motor, hidup lagi!! -_-
Bocah
itu yang salah! Bocah itu yang salah! Bocah itu yang salah! Buktinya, pasca
kecelakaan itu aku oke-oke aja kalo nyetir motor dengan kecepatan tinggi. Gaya
ugal-ugalan itu udah biasa, aku emang nggak bisa pelan kalo bawa motor, bahkan
di jalan yang padat. Hampir nabrak, hampir ketabrak, hampir jatoh, hampir
kepeleset karena jalan licin, itu udah biasa!!! Aku bisa menghindar dari
semuanya itu! Intinya, kecelakaan yang aku alami ini bukan karena
ketidakbecusanku berkendara. Tapi, bocah tol*l itu yang nggak tahu aturan!!!
Lagian masih bocah udah bawa motor! Nggak tahu bahanya jalan raya sih!
Aku
hanya berharap, hidungku kembali seperti semula. Normal, kalo makan ikan nggak
mual, parfum wanginya enak, kena dingin hidung nggak berair, pokoknya kau ingin
hidungku sehat seperti sebelumnya!!! Amin
Sekian
kisahku dijalan raya. Ini kisah nyata loooh! Buat teman-teman semoga kisahku
ini bisa jadi pelajaran ya, keep safety riding! Bagi yang nggak ngerasa jago
bawa kendaraan sebaiknya pelan aja, nggak usah kebut-kebutan :p