Hidup bagaikan selembar kertas.
Kita terlahir ke dunia sebagai selembar kertas polos yang
bersih. Kita menggoreskan tinta beraneka warna, menuliskan berbagai macam
cerita sebebas bebasnya, sesuka kita, tanpa ada yang mendikte. Kecuali diri
kita sendiri. Ya, diri kita sendiri.
Selembar kertas akan mudah terbang tertiup angin lalu
terjatuh di kubangan air. Itulah Mengapa Tuhan menghadirkan lembaran-lembaran
kertas yang lainnya, keluarga, sahabat, guru, rekan, bahkan orang asing. Kita
menjadi kumpulan lembaran kertas dengan berbagai warna tinta dengan cerita yang
tentu saja berbeda satu sama lain.
Kita harus mengikat lembaran-lembaran kertas itu hingga
menjadi sebuah buku. Buku cerita yang padu dan penuh makna.
Kita ikat lembaran kertas itu dengan cinta. Antara
lembaran kertas yang satu dengan lembaran kertas yang lain memiliki keterkaitan
yang tak kita duga. Bisa karena warna tinta yang sama, atau latarbelakang
cerita yang sama. Rahasia Tuhan yang indah, bukan?
Kita yang memutuskan warna tinta apa yang akan kita
pakai, dimana setting cerita yang akan kita tulis, siapa saja tokoh yang akan
terlibat. Tapi hanya sebagian saja, sebagian cerita lainnya dituliskan oleh
Tuhan. Dia lah yang Maha Tahu cerita apa yang pantas untuk kita, siapa saja
tokoh yang terbaik untuk kita.
Akan kuisi selembar kertasku dengan ceritaku. Aku yang
merencanakan semuanya sendiri, dan Tuhan akan membantuku, mengedit ceritaku, memilihkan warna tinta, dan memilihkan tokoh-tokoh yang pantas untuk
ceritaku yang indah. Ya, aku ingin menulis cerita yang indah untuk selembar
kertas yang kumiliki ini. Cerita yang sangat indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar