Selasa, 01 Maret 2016

Selembar Kertas

Hidup bagaikan selembar kertas.
Kita terlahir ke dunia sebagai selembar kertas polos yang bersih. Kita menggoreskan tinta beraneka warna, menuliskan berbagai macam cerita sebebas bebasnya, sesuka kita, tanpa ada yang mendikte. Kecuali diri kita sendiri. Ya, diri kita sendiri.
Selembar kertas akan mudah terbang tertiup angin lalu terjatuh di kubangan air. Itulah Mengapa Tuhan menghadirkan lembaran-lembaran kertas yang lainnya, keluarga, sahabat, guru, rekan, bahkan orang asing. Kita menjadi kumpulan lembaran kertas dengan berbagai warna tinta dengan cerita yang tentu saja berbeda satu sama lain.
Kita harus mengikat lembaran-lembaran kertas itu hingga menjadi sebuah buku. Buku cerita yang padu dan penuh makna.
Kita ikat lembaran kertas itu dengan cinta. Antara lembaran kertas yang satu dengan lembaran kertas yang lain memiliki keterkaitan yang tak kita duga. Bisa karena warna tinta yang sama, atau latarbelakang cerita yang sama. Rahasia Tuhan yang indah, bukan?
Kita yang memutuskan warna tinta apa yang akan kita pakai, dimana setting cerita yang akan kita tulis, siapa saja tokoh yang akan terlibat. Tapi hanya sebagian saja, sebagian cerita lainnya dituliskan oleh Tuhan. Dia lah yang Maha Tahu cerita apa yang pantas untuk kita, siapa saja tokoh yang terbaik untuk kita.
Akan kuisi selembar kertasku dengan ceritaku. Aku yang merencanakan semuanya sendiri, dan Tuhan akan membantuku, mengedit ceritaku, memilihkan warna tinta, dan memilihkan tokoh-tokoh yang pantas untuk ceritaku yang indah. Ya, aku ingin menulis cerita yang indah untuk selembar kertas yang kumiliki ini. Cerita yang sangat indah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar