Bel tanda dipersilahkannya para murid
untuk pulang terdengar sangat merdu, walaupun sebenarnya aku nggak tau tepatnya
tema dari melodi bel tersebut. Aku
membereskan semua buku yang berserakan di atas mejaku. Lalu, menghampiri Harun.
“Run,
gue boleh minta tolong nggak?” Tanyaku.
“Boleh.
Selama gue bisa melakukannya, apa aja aku siap” Jawabnya.
“Oh,
begitu. Gue lagi nyari orang nih. Tapi aku nggak tahu harus mulai nyari dari
mana. Bisa kan?”
“Um,
oke deh… Emang orangnya siapa? Kenapa nggak menghubungi tim reality show aja?”
“Korban
tivi lu!! Dia cuman sopir angkot kok. Tapi, gue nggak ketemu dia lagi. Makanya gue mau nyari dia”
“Wah,
Emangnya kenapa nyari sopir angkot? Kamu dicopet? Atau diancam? Atau mau nagih uang
kembalian?”
“Nggak
kok. Gue ada perlu aja sama dia”
“Oh,
perlu apa?”
“Nanti
deh dijelasinnya”
“Ya,
udah. Ayo berangkat” Harun tersenyum manis.
“Kimi!!
Kimi!! Tunggu!!” Teriak Nunung dari kejauhan.
“Ada
apa?” Tanyaaku, heran.
“Gue
mau ngomong sesuatu sama lu, tapi berdua aja” Jawab Nunung. Berusaha mengatur
nafasnya yang tersengal-sengal.
“Oh,
ya udah. Gue ke parkiran dulu aja nanti gue nunggu lu di pintu gerbang, jangan
lama-lama ya” Kata Harun. Lalu dia berlari sendirian.
“Ngomong
apaan sih. Kok nggak dari tadi siang?” Tanyaku, heran.
“Gua
juga baru tahu tadi, Kim. Rama ikutan acara amal lingkungan Club Go Green Teen
loh, padahal kan kelas tiga gak wajib ikut. Ikut yuk! Acaranya hari ini, kalau lu mau ikutan kita bisa daftar
sekarang. Cepetan!!” Nunung menarik tanganku.
“Gue
nggka mau ah. Ngapain juga ikut acara kayak gitu”
“Kok
gitu sih? Lu kan anggota club Go Green Teen. Masa nggak ikut?”
“Gua
udah sering ikut acara amal. Bosen! Lagian, kalau amal dilakukan nggak ikhlas
nggak akan ada manfaatnya”
“Tapi,
Rama ikut loh!”
“Terus
kenapa kalau Rama ikut. Biarin aja, nggak ada urusannya sama gue kan?”
“Lu
kan suka sama Rama…. Lu jangan nyerah gitu aja, Kim… Gue tahu perasaan lu yang
sebenernya ke Rama”
“Aduh,
terserah deh… Lagian hari ini gue sibuk”
“Sibuk
apa? Jalan sama Harun? Dia kan anak badung, Kim”
“Emangnya
kenapa? Lu jangan bicara yang nggak-nggak ya, Nung. Walaupun dia itu badung,
tapi dia baik kok. Udah ah… Kasian Harun, nungguin gue”
“Ya,
udah. Gue nggak maksa. Tapi, plis, Kim. Jujur sama hati lu sendiri!”
Aku
pergi meninggalkan Nunung sendirian di koridor. Aku juga ingin jujur sama hati
aku sendiri, Nung. Tapi, untuk apa? Toh, Rama nggak suka sama aku. Cintaku
bertepuk sebelah tangan.
“Lama
ya? Sorry, tadi Nunung bawel banget sih”
“Nggak
apa-apa kok, ayo naik!”
Motor
matic Harun melaju sedang pada kecepatan 50. Sumpah, berasa kayak diboncengin
sama nenek-nenek
“Um,
jadi kita ke mana nih?” Tanya Harun.
“Kita
langsung ke terminal aja”
“Sebenernya
lu ada perlu apa sih sama si sopir angkot itu?”
“Tempo
hari gue ditawarin belajar nyetir mobil sama sopir angkot itu. Tapi, gue belum
jawab. Sekarang, gue mau kasih jawabannya”
“Oh,
gitu…. Kok lu mau belajar nyetir mobil sih? Kenapa?”
“Suka
aja”
Sesampainya
di terminal dekat pasar, tempat mobil angkot mangkal, aku langsung tengok
kanan-kiri. Harun menitipkan motornya di warung kecil di pinggir jalan.
Aku
mengecek satu persatu sopir angkot dan para calo. Siapa tahu itu Bang Yogi.
Tapi, hasilnya nihil.
“Kimi?
Lagi ngapain?” Tanya Bang Ade, tetanggaku yang sering nongkrong di terminal.
“Eh,
lagi anu Bang” Jawabku, asal.
“Anu
apa? Oh, kamu lagi jalan-jalan sama pacar kamu ya?” Tanya Bang Ade lagi,
melirik ke arah Harun.
“Bu..buk..an
kok. Kimi lagi nyari sopir angkot”
“Oh,
mau naik angkot? Kenapa nggak dari sekolahan aja?”
“Bukan
gitu, Kimi ada perlu sama sopir angkot itu”
“Emangnya,
siapa?”
“Namanya
Bang Yogi, Abang kenal nggak?”
“Kalau
sopir angkot yang namanya Yogi, Abang nggak kenal. Kayaknya nggak ada deh sopir
angkot yang namanya Yogi. Ada juga mandor angkot. Namanya emang Bang Yogi”
“Tapi,
dia sopir angkot, Bang”
“Yang
namanya Yogi yang terkenal di Terminal ini, ya cuman Bang Yogi, mandor angkot”
“Oh,
ya udah Kimi cari dia aja dulu. Siapa tau dia orangnya. Abang tau rumahnya?
“Rumahnya
Abang nggak tau. Tapi kalau kantornya Abang tau”
“Jauh
nggak Bang?” Tanya Harun.
“Deket
kok, tinggal lurus sampai perempatan ke dua terus belok kanan” Jawab Bang Ade
sambil menunjuk-nunjukkan tangannya. Harun dengan seksama mengamati.
“Oh,
ya udah. Makasih ya Bang” Kata Harun.
“Kim…Gue
tahu tem… “ Harun terdiam. “Kimi?” Harun melihat sekeliling seperti orang
kebingungan. Dia berlari ke arahku. Aku sudah duduk manis di jok belakang
motornya Harun.
“Lu
ngapain?” Tanya Harun sambil mengernyit aneh padaku.
“Nungguin
lu lah, masa belanja. Cepetan naik, lu udah tau kan kantornya Bang Yogi dimana”
Jawabku, tegas. Aku duduk tegak dengan posisi sempurna di jok bagian belakang.
Harun geleng-geleng kepala.Apakah pencarian Kimi berhasil? Bca cerita selanjutnya yaaaa :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar