Selasa, 27 September 2011

Bukan salahku!!!





Halo, pernah mengalami pengalaman yang buruk? Semua mahluk hidup pasti pernah mengalami pengalaman, baik itu yang buruk maupun yang baik. Dan pada akhirnya semua mahluk hidup akan mengalami pengalaman yang paling buruk, yaitu kematian.
                Aku suka banget sama balapan. Sejak aku tahu dunia balapan dan sejak aku bisa nyetir motor. Bagiku, membawa kendaraan dengan pelan adalah hal yang membosankan. Kecepatan minimumku bisaanya 60 km/jam, kecepatan normal 80 km/jam, dan kecepatan maksimum 100 km/jam. Kecepatan yang wajar bagi cewek penakut kayak aku J
                Aku sering denger, perkataan orang tua, mereka bilang kalo “orang yang belum pernah mengalami kecelakaan nggak akan jago nyetir”. Entah dari mana mitos itu berasal. Tapi, pastinya kecelakaan adalah hal yang nggak menyenangkan. Aku pernah mengalami kecelakaan motor setahun yang lalu, dan hal itu masih menjadi mimpi buruk bagiku L
                Peristiwa itu terjadi beberapa hari setelah ulangan umum smester satu. Ketika itu, aku sudah kelas tiga SMA. Biasanya setelah ulangan umum smester, sekolah mengadakan class meeting yang diisi odengan pertandingan olah raga dan permainan tradisional antar kelas selama satu minggu penuh. Aku sendiri ikut lomba maen congklak, dan langsung kalah pada babak penyisihan. Maen congklak aja kalah -_- #galau.
                Sebenarnya, selama class meeting berlangsung tidak ada absensi, jadi siswa boleh bolos. Suatu hari, ayahku menyarankan aku untuk nggak pergi ke sekolah. Tapi, aku memaksa pergi ke sekolah karena aku mau bantuin guru sejarah yang notabene guru terfavorit di sekolahku, untuk memeriksa jawaban ulangan umum para siswa. Maklum, murid teladan *diguyur Pembina osis berkumis baplang*.
                Di tengah perjalanan, ada seorang anak kelas satu SMP yang mengendarai motor Suzuki Skywave, yang bodinya besar dan berat itu. Dari kejauhan aku udah tau kalo bocah itu mau balik arah, karena dia memarkirkan motornya di tepi jalan sambil menengok ke belakang. Karena aku tahu aturan dan tata karma dalam berkendara, aku membunyikan klakson pada bocah itu sebagai tanda aku hendak lewat. Tapi, ketika aku menggas motor Yamaha Mio-ku bocah ingusan itu ada di tengah jalan. Dia kesulitan memarkirkan motornya yang lebih besar dari badannya itu, dan berada tepat di tenga jalan. Aku nggak tahu kenapa bocah itu nyebrang. Padahal aku kan udah bunyiin klakson. Seharusnya dia diam dulu di pinggir jalan, nunggu aku lewat. Karena aku menarik gas dalam-dalam, akhirnya ‘BRUKKKK’ bagian depan motorku menabrak tepat di bagian tengah sisi kanan motor bocah itu. Aku terpental tak jauh dari motorku, aku mendarat di aspal yang kasar. Tanganku menahan tubuhku agar tak membentur aspal, sehingga tangan kananku lecet. Aku mendengar suara helmku membentur aspal. Aku mendarat dengan posisi sujud. Seketika itu juga aku merasakan ada darah yang mengalir di wajahku. Seorang bapak-bapak langsung membawaku ke sebuah klinik yang berada tepat di depan TKP. Tubuhku terasa lemas, kepalaku pusing dan aku sangat ketakutan. Aku tak tahu keadaan motorku tersayang, aku sangat mengkhawatirkannya, karena aku sangat sayang pada motor itu L
                Setelah dibaringkan diatas sebuah kasur khusus pasien, aku langsung diimpus oleh seorang bidan yang menjaga klinik tersebut. Bapak-bapak yang menolongku pun menanyakan alamat rumahku, tapi aku terlalu lemas karena merasa terguncang atas kejadian itu, sehingga aku nggak bisa banyak bicara. Tapi, kenapa aku nggak pingsan? Aku ingin pingsan!! Untungnya, ada seorang siswi SMA yang merupakan teman sekolahku waktu SD. Akhirnya dia dan bapak-bapak itu pergi memberitahu orang tuaku. Kebetulan TKP terletak di depan klinik dan SMA negri tempat teman SDku bersekolah. Sangat kebetulan, ironi diatas ironi!
                Dalam keadaan terjaga, aku merasakan darah mengalir dari hidung dan mulutku, aku juga merasa sangat mual. Sungguh menyiksa, apa lagi pikiranku dipusingkan oleh orang tuaku. Aku jadi pepes kalo mereka tahu! Apa lagi mamah! Tak lama kemudian mamahku datang dengan seorang tukang ojek. Mamah langsung mengahmpiriku sambil mengusap keningku tanpa bicara sepatah kata pun. Mungkin beliau shok L
                Bagaimana keadaan bocah itu? Ah, aku hampir lupa! Mana bocah sialan itu!!! Ternyata, bocah ingusan itu sudah pulang ke rumahnya dengan motornya! Sial!!Ibu bidan yang merawatku tak henti-hentinya, mengumpat pada bocah itu. Padahal bocahnya nggak ada -_-.  Orang tua bocah itu pun datang, dia marah-marah dan langsung beradu mulut dengan ibu bidan, membuat kepalaku semakin pusing!
                “Mana anak bapak! Tidak bertanggung jawab sama sekali!” Teriak ibu bidan sambil tolak pinggang, untung bukan tolak cinta. Bisa-bisa bapak itu patah hati, langsung galau deh -_-
                “Tanggung jawab apanya! Jelas-jelas anak itu yang menabrak anak saya!” Teriak Bapak itu tak mau kalah.
                “Telinga nak saya berdarah! Dia terluka parah, anak saya dirawat di klinik sekarang!!” Teriak bapak itu lagi.
                “Dirawat?!! Wong, dia bisa pulang naek motor sendirian kok lukanya parah! Ngarang!” Teriak ibu bidan, sewot.
                Itulah percakapan, ehm, teriakan antara Bapak sang bocah dan Ibu bidan yang kuingat. Kira-kira seperti itulah. Ibuku hanya diam saja, mungkin dia masih shok. Untuk memastikan kebenarannya, tukang ojek diutus untuk melihat keadaan si bocah. Kemudian, ayahku datang. Dia langsung Tanya sana-sini tentang apa yang terjadi. Dan tentu saja, ibu bidan lah yang paling semangat menjawab pertanyaan ayahku dengan semangat seorang bidan 45!
                Sang tukang ojek kembali ke klinik. Ternyata si bocah hanya mengalami pendarahan pada telinganya. Dia dibawa ke klinik cuman untuk di peirksa kok, bukan dirawat. Halah si bapak ini!!
                Darah berhenti mengalir dari hidung dan mulutku. Tapi, aku merasa mual dan… Hooeeekkss!!! Aku muntah darah. Semua orang dalam ruangan itu panik.
                “Astagfirullah, bawa ke rumah sakit aja, pak! Sepertinya, darah ini akibat dadanya membentur aspal. Bukannya nakut-nakutin, tapi pernah ada kejadian seperti ini pak. Karena nggak dirawat di rumah sakit, dia meninggal” Kata ibu bidan.
                Kemudian ayah dan ibuku langsung pergi mencari pamanku yang bekerja sebagai seorang mantri di puskesmas. Beberapa siswi SMA mengelilingiku, diantara mereka ada tiga orang yang merupakan temanku waktu SD dan SMP. Teman SMA-ku juga datang. Darah hitam kental aku muntahkan dari dalam perutku. Rasanya sangat tidak enak!! Tubuhku sekain terasa lemas, tapi kenapa aku tidak pingsan!!! Aku ingin pingsan saja!!
                Ayahku dan ibuku datang bersama pamanku, aku langsung dibawa ke rumah sakit dengan mobil Xenia milik pamanku. Di dalam mobil aku masih muntah darah, dadaku menjadi sesak. Ditambah dengan mobil yang goyang-goyang akibat jalan yang berlubang di sana-sini.
gambar rontgen 1.A
gambar rontgen 1.B
                Sesampainya di UGD rumah sakit X, dokter langsung mendiagnosa ada yang luka di kepalaku. Padahal aku udah pake helm! Aku langsung dibawa ke ruang radiologi untuk di-rontgen. Tapi, hasil ront-gen nggak menunjukkan hasil yang baik. Akhirnya aku langsung di rujuk ke rumah sakit Y untuk di CT-Scan, karena alat CT-Scan milik rumah sakit X sedang rusak. Aku langsung dibawa ke rumah sakit Y dengan ambulance.
                Setelah menunggu seorang pasien yang sedang di CT-Scan juga, akhirnya tiba giliranku di CT-Scan. Akhirnya!! Perasaanku campur aduk. Ada rasa takut kepalaku rusak dan rasa penasaran di CT-Scan. Maklum, baru pertama kali ini aku dirawat di rumah sakit #bangga.
gambar ct-scan 1
gambar ct-scan 2
                Dalam keadaan sangat lemas, sebagian tubuhku masuk ke mesin yang berwarna putih itu. Cahaya terang dari mesin itu menyilaukan mataku. Ah, kepalaku sedang diphoto rupanya. Setelah selesai, aku langsung dibawa ke rumah sakit X untuk diopname. Aku dirawat di lantai 2 ruang 207 bersama beberapa pasien lainnya. Selama dirawat aku ditangani oleh dokter sarap, eh, dokter spesialis syaraf maksudnya. Tapi, kurasa nggak ada yang salah dengan kepala atau syarafku. Buktinya aku nggak pingsan! Bahkan nggak pernah pingsan sampai sekarang!!

                Aku dirawat selama beberapa hari. Selama diopname, aku merasa tubuhku sehat wal afiat. Hanya lidahku yang tergigit dan telapak tangan kananku yang tersa sakit. Selain itu, baik-baik saja. Bahkan pada suatu malam aku nggak bisa tidur alias insomnia, kebiasaanku. Aku merupakan pasien yang paling aktif, nggak pernah bisa diem, keluar ruangan, rajin nontn tv, bahkan aku sempat foto-foto dengan muka lebam, hehe. Lumayan, kapan lagi bisa foto dengan pipi Chubby alias bengkak :p
                Setelah dipastikan sehat. Aku langsung dipulangkan. Senang rasanya bisa pulang. Nggak disuntik lagi deh, hore!! :D
                Sudah dua hari aku di rumah. Si bocah itu nggak ngejenguk aku, nggak tahu diri banget yah. Pada sore harinya, hidungku mengeluarkan darah. Awalnya hanya sedikit, tapi semakin lama semakin banyak. Bahkan aku menghabiskan dua lusin tisu. Karena darah yang keluar semakin banyak, aku dibawa lagi ke rumah sakit X. Dalam perjalanan yang cukup jauh, darahku terus menerus menetes memenuhi ember yang diletakan di pangkuanku. Mobil yang sering goyang-goyang membuatku mual. Aku muntah mengeluarkan semua makananku pada hari itu dan darah!! Ya, ada darah hitam kental keluar bersama makananku itu!!
                Sesampainya di UGD rumah sakit X, aku langsung merasa lemas karena mengeluarkan banyak darah. Apa lagi ditambah udara dingin ala ruangan UGD rumah sakit. Aku masih muntah-muntah. Tapi, yang keluar hanya darah. Mungkin makanan di perutku sudah habis terkuras.
                Seorang dokter mengatakan bahwa ada yang salah dengan hidungku, darah yang aku muntahkan juga merupakan darah hidung yang turun ke perut. Darah bercampur dengan asam lambung, menimbulkan rasa mual, sehingga aku muntah-muntah. Kemudian, dokter menyuntikku agar aku memuntahkan semua darah yang ada di perutku. Selama perjalanan ke ruang opname, aku memuntahkan banyak darah. Dengan mata yang merem-melek, aku melihat semua orang yang ada di rumah sakit melihatiku. Aduh malu, aku belum mandi >,< *digampar pake suntikan*.
gambar rontgen B.1
                Aku diopname pada ruangan yang sama. Esok harinya, aku langsung dibawa ke rauang radologi untuk di-rontgen ulang. Kali ini, hidungku dan batok kepalaku yang dirontgen. Selesai di-rontgen, aku langsung dibawa ke ruangan dokter spesialis THT. Disana hidungku direkam. Ternyata, tulang hidungku bengkok dan tulang diantara kedua mataku retak karena benturan hidungku dengan helm. Bolong hidung bagian kiriku lebih lebar dari pada yang kanan akibat tukang hidung yang bengkok. Sedangkan retak patda tulang diantara mata menyebabkan pembuluh darahku pecah dan mengalami pendarahan. Itu menurut dokter THT.
gambar rontgen B.2
                Dokter menyarankan untuk dioperasi agar hidungku sembuh total. OMG! Operasi? Oh No!!! Ayahku kaget, beliau tak mau aku dioperasi. Aku pun sama, nggak mau!!! Akhirnya, dokter melakukan tindakan alternatif. Hidungku di sumpel dan dikasih obat untuk mencegah pendarahan. Hal ini sangat menyiksa, membuatku sulit bernafas.
                Pada kunjunganku ke rumah sakit yang kedua ini, aku diopname selama lima hari. Pada hari ke-empat, tiba-tiba aku teringat kecelakaan itu, lalu menangis. Ternyata rasa kagetku baru datang.
                Kecelakaan itu telah dilaporkan pada pihak yang berwajib. Motorku dan motor bocah itu disita. Aku mendapatkan santunan dari Jasa Raharja, sekolah, dan keluarga. Yah, lumayan buat bayar biaya rumah sakit. Bahkan pihak rumah sakit memberikan diskon. Apa mungkin karena kau datang dua kali ya -.-
                Setelah pulang dari rumah sakit aku benar-benar menjaga hidungku agar tak tersenggol. Fungsi penciumanku juga rusak dan hidungku menjadi sensitive pada debu, asap dan dingin. Benda yang berbau menyengat seperti parfum, ikan dan lain-lain. Jika terkena dingin hidungku langsung berair. Tentu saja membuatku terganggu dan kesal.
                Motor mio kesayanganku nggak apa-apa. Walaupun bodinya diganti karena banyak lecet, tapi performa mesin Yamahanya masih kayak baru, cing!
                Sampai saat ini, aku belum tau seperti apa wajah bocah sialan itu. Bukannya ngejenguk malah ngacir, nggak tanggung jawab banget sih! Hidungku pun masih rusak. Penciumanku membaik, tapi benda yang mempunai bau menyengat sering membuatku mual dan pusing. Hidungku pasti berlendir, ketika aku keseringan minum air dingin. Sampai saat ini aku masih benci sama bocah SMP itu! Sial! Aku jadi semakin benci sama yang namanya anak kecil!
                Secara teknis, aku yang nabrak bocah itu. Tapi, secara kronologis, bocah itulah yang salah! Udah dikasih tanda masih aja ngotot balik arah. Udah nggak tau aturan lalu lintas, badannya nggak bisa bawa motor, hidup lagi!! -_-
                Bocah itu yang salah! Bocah itu yang salah! Bocah itu yang salah! Buktinya, pasca kecelakaan itu aku oke-oke aja kalo nyetir motor dengan kecepatan tinggi. Gaya ugal-ugalan itu udah biasa, aku emang nggak bisa pelan kalo bawa motor, bahkan di jalan yang padat. Hampir nabrak, hampir ketabrak, hampir jatoh, hampir kepeleset karena jalan licin, itu udah biasa!!! Aku bisa menghindar dari semuanya itu! Intinya, kecelakaan yang aku alami ini bukan karena ketidakbecusanku berkendara. Tapi, bocah tol*l itu yang nggak tahu aturan!!! Lagian masih bocah udah bawa motor! Nggak tahu bahanya jalan raya sih!
                Aku hanya berharap, hidungku kembali seperti semula. Normal, kalo makan ikan nggak mual, parfum wanginya enak, kena dingin hidung nggak berair, pokoknya kau ingin hidungku sehat seperti sebelumnya!!! Amin
                Sekian kisahku dijalan raya. Ini kisah nyata loooh! Buat teman-teman semoga kisahku ini bisa jadi pelajaran ya, keep safety riding! Bagi yang nggak ngerasa jago bawa kendaraan sebaiknya pelan aja, nggak usah kebut-kebutan :p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar